Minggu, 02 Januari 2011

RENAISSANCE

RENAISSANCE
(Abad XVI-XVII)

Gerakan Renaissance dan Pengaruhnya di Eropa

Eropa Abad Pertengahan memiliki ciri khusus di mana kekuasaan Gereja berpengaruh sangat dominan dalam menentukan kebijakan-kebijakan negara saat itu. Hal ini lebih lanjut juga mempengaruhi sistem filsafat jaman itu, berikut pula perkembangan ilmu pengetahuan di dalamnya. Ilmu pengetahuan dipandang dan digunakan untuk melegitimasi keyakinan yang didasarkan pada dogma-dogma agama. Filsafat pun demikian. Pendeknya, sebagaimana tradisi skolastik, segala sesuatu harus disesuaikan dengan kepercayaan akan dogma-dogma agama.
Cara pandang modern sebagai lawan dari cara pandang Abad Pertengahan dimulai di Italia dengan gerakan yang disebut Renaissance. Gerakan ini merupakan antitesa bagi corak kesadaran Abad Pertengahan yang ditandai oleh kesatuan, keutuhan, dan totalitas yang koheren dan sistematis yang tampil dalam bentuk metafisika atau ontologi. Lorens Bagus, dalam Kamus Filsafat-nya menyatakan setidak-tidaknya empat manifestasi utama Renaissance, yakni:
1. Gerakan Humanisme yang berusaha tidak saja untuk menerjemahkan sumber-sumber Yunani dan Romawi, tetapi juga mencari nilai atau gaya hidup manusia yang terkandung di dalamnya.
2. Penolakan tradisi Aristotelian Abad Pertengahan. Hal ini diikuti dengan bangkitnya Platonisme.
3. Keterbukaan kepada ilmu-ilmu yang baru mulai terbentuk.
4. Ketidakpuasan dengan kemapanan yang terjadi dalam lapisan agama. Hal ini mengarah kepada Reformasi Protestan.
Sebagai bentuk kesadaran, modernitas dicirikan oleh tiga hal, yaitu: subyektifitas, kritik, dan kemajuan. Hal inilah yang kemudian mendorong lahirnya Renaissance sebagai gerakan yang berusaha mendobrak kejumudan kreatifitas berpikir manusia di bawah otoritas gereja saat itu.
Apa yang dikehendaki oleh Renaissance adalah hal-hal baru sebagai kritik terus-menerus terhadap nalar teosentrisme yang melulu dipelihara pada abad pertengahan. Dari situ kemudian lahirlah berbagai macam bidang keilmuan yang dipisahkan dari pengaruh agama dan dogma, dengan sepenuhnya didasarkan pada kekuatan subyektif akal-budi manusia (antroposentrisme).
Renaissance, meskipun bukan gerakan populer dan hanya dimotori oleh segelintir intelektual dan seniman “liberal”, gerakan ini mempengaruhi banyak hal dalam peradaban Eropa. Seni, sains, filsafat, dan –lebih dari itu- pola hidup Eropa, secara revolusioner bergerak menjauh dari style Abad Tengah yang puritan menjadi liberal. “Cogito ergo sum” yang dibawa Descartes menjadi pondasi yang sangat mendukung hal itu.
Secara ringkas dapat diketahui beberapa perubahan yang sangat signifikan terjadi di Eropa yang dalam hal ini berkenaan dengan pengaruh Renaissance, yakni di bidang sains (berikut juga seni), paradigma sosial, politik, serta ekonomi.
Ada cukup alasan yang menjadi dasar bagi pertentangan antara otoritas gereja dengan kepentingan sains. Salah satu alasan yang kiranya paling mendasar adalah bahwa dalam kenyataannya, sains, sebagai sesuatu yang relatif, seringkali bertolak belakang dengan apa yang diajarkan dan dianjurkan oleh gereja. Maka logislah jika selama gereja berkuasa ruang bebas bagi sains menjadi sempit.
Pembebasan dari otoritas gereja mendorong terbentuknya cara berpikir yang sama sekali berbeda dengan dogma Abad Pertengahan. Otoritas gereja menyatakan ketentuan-ketentuannya sebagai kepastian absolut dan tidak bisa diubah selamanya. Objektifitas semacam ini tentu menjadi ruang sempit bagi kebebasan akal manusia untuk berkreasi. Pada Renaissance, otoritas gereja yang absolut itu diluluh-lantakkan sedemikian rupa oleh sains yang pernyataan-pernyataannya dibuat secara tentatif berdasarkan kemungkinan (relatif) dan dianggap bisa dimodifikasi.
Renaissance merupakan masa kebangkitan bagi sains. Gerakan ini mendorong tumbuhnya kebiasaan untuk menghargai aktifitas intelektual sebagai sebuah kerja sosial yang sulit, penuh tantangan dan menyenangkan, bukan meditasi menyendiri yang bertujuan memelihara ortodoksi predeterministik. Pada masa itulah tokoh-tokoh saintis banyak sekali muncul di Eropa. Di antara mereka kita kenal beberapa yang dapat dikatakan terbesar dan paling berpengaruh. Copernicus, Kepler, Galileo dan Newton adalah tokoh besar yang pengaruhnya sangat menentukan bagi perkembangan sains selanjutnya. Selain itu, berbagai macam penemuan mulai dari teleskop, mikroskop, mesin cetak, kompas, mesiu, dan sebagainya, merupakan hasil dari perkembangan sains dan ilmu pengetahuan yang luar biasa pada abad itu.
Kecenderungan baru pada masyarakat Eropa ini juga memacu perkembangan dunia seni secara revolusioner. Kebebasan berekspresi demikian menggebu-gebu mengalahkan segala tabu yang pada Abad Pertengahan menghegemoni perkembangan pemikiran manusia. Dalam hal ini Renaissance, lebih jauh dari pada membebaskan, juga membuat Eropa mengalami euforia. Seni untuk seni, sebagaimana sains untuk sains, adalah slogan yang sangat mengakar pada kesadaran banyak seniman Eropa Abad Renaissance. Michaelangelo dan Leonardo Da Vinci adalah dua di antara para jenius yang dibesarkan dalam ruang euforia itu.
Selanjutnya, apa yang juga menjadi dampak langsung dari Renaissance adalah berubahnya atmosfir sosial-politik di daratan Eropa. Hal ini terjelaskan dengan menguatnya negara-negara yang menggantikan gereja sebagai otoritas politik yang mengontrol kebudayaan. Ini merupakan awal bagi demokrasi, dalam pengertiannya sebagai paradigma sosial yang modern, yang menjadi sebuah kekuatan politik penting menggantikan monarki absolut.
Bentuk pemerintahan demokratis yang muncul sebagai paradigma baru tersebut kemudian pada perkembangannya diikuti dengan munculnya bentuk kebudayaan baru, yakni kebudayaan liberal. Model ekonomi feodalistik yang diganti dengan model kapitalistik adalah suatu pengejawantahan, sekaligus konsekuensi logis, dari paradigma liberal yang berlaku, yang memiliki pondasi kuat berupa individualisme dan, tentu saja, humanisme. Lantas, tidak hanya sampai di sini, dialektika yang berlangsung dalam situasi ini pun mendorong sekularisasi, yaitu pemisahan kekuasaan politis dari agama.

Hubungan dengan perkembangan Dunia Timur
Hal yang sangat mendasar yang harus kita ketahui dari zaman Renaisance dan kemudian berlanjut dengan invasi besar-besaran “Bangsa Barat” ke Dunia Timur adalah :
1. Ditemukannya Mesin cetak oleh Jihann Gutenberg pada abad ke-15. Mesin cetak ini yang semulanya dibuat untuk tujuan yang sepenuhnya berwatak gospel yaitu untuk mempermudah penyebarluasan Injil kepada seluruh keluarga di eropa, ternyata telah memberi jalan bagi perluasan ide-ide yang lain. Sebelum di temukannya mesin yang sanggup mencetak secara massal, semua buku di cetak dengan tekhnik “litograf” (mencetak diatas batu berukir), atau ditulis tangan. Penemuan mesin cetak ini merupakan pendobrak awal terhadap rintangan utama yan gmenghalangi berkembangnya pengetahuan dan ide-ide baru selama ini. Dan Bombardemen ide-ide dan gagasan baru ini di dukung oleh dua temuan berikutnya.
2. Penemuan Senjata api, dengan alat ini kemudian bangsa barat mulai mengimplementasikan “kehendak untuk berkuasa” nya terhadap bangsa-bangsa lemah, seperti yang kita ketahui tadi bahwa dengan di temukannya mesin cetak semua ide-ide baru muncul, dan inilah kiranya juga yang di sebut oleh Fredrich Engels dengan revolusi industri, dan sejarah kelas seperti yang di analisis oleh Karl Marx akhirnya terwujud, ada kelas yang berkuasa ada yang tidak. Ketika bahan baku untuk penyediaan Industri-industri menurun akibat banyak nya permintaan, “bangsa Barat’ kemudian mulai melakukan perjalanan-perjalanan ke daerah-daerah “baru” untuk mencari bahan baku itu.
3. Kompas (alat penunjuk arah0 menjadi bagian penting yang tidak bisa di nafikan dalam melakukan perjalanan-perjalanan mencari “dunia baru’ tersebut, banyak deretan nama yang ikut tercatat sebagai petualang-petulang penakluk bangsa bangsa baru itu, Colombus, Marco polo, Alfonso d’alburqueque, dll (walaupun dalam sejarah islam kita telah mengenal Ibn Khaldun yang sudah terlebih dahulu melakukan perjalanan dengna kompas ini sebenarnya)

Dengan ketiga alat tersebut dimulailah sejarah baru kehiduan bangsa-bangsa “baru” yang ditemukan tadi. Mesin Cetak untuk penyebaran gagasan baru, Senjata untuk melakukan penkalukan-penaklukan¸ Kompas untuk melakukan perjalanan-perjalann jauh ke daerah-daerah “baru” itu.
Kemudian ini disebut sebagai zaman Kolonialisme awal, dengan modus “perdaganan” dan mencari bahan-bahan baku untuk Industri di Barat yang mengalami kemajuan pesat setelah terkungkung lebih 4 abad, maka praktek kolonialisme mulai terbangun, dengan kecanggihan (pada waktu itu) yang dimiliki oleh armada-armada Portugis, Inggris, Spanyol, Belanda, dll mereka dengan mudah memikat penduduk lokal daerah-daerah Timur.
Timur ketika Renaisance.
Memang harus kita akui bahwa pada masa-masa terjadinya pendobrakan-pendobrakan di segala bidang akibat kungkungan agama di Barat, justru di dunia timur memulai abad “gelapnya” di tambah dengan kekalahan Islam yang pada waktu itu menjadi Ikon untuk “timur” di Perang Salib , dan mulainya dogmatisasi agama menyebar di kalangan umat Islam, Ibn Rusyd, Alkindi, Ibn Sina, dll dihabisi oleh Al-Ghazali dengan “Kerancuan Filsafatnya” yang kemudian menjadikan Pintu Ijtihad ‘tertutup” sehingga penemuan-penemuan baru baik di bidan lmu-ilmu terapan, maupun non terapan, menjadi mandeg dan tidak berkembang. Negara-negara timur jauh, pada masa-masa renaisance di Barat, pada waktu itu masih tertinggal jauh, bangsa jepang ketika melihat kapal Alfonso d Alburque-que datang langsung tercengang dan terheran-heran, Peradaban Lembah sungai kuning di Cina, Sungai Hindus di India, dan peradaban masyarakat di Indonesia ( dulu Nusantara dengan adanya kerajanan majapahit dan Sriwiajya) sibuk dengna urusan perang-perangan dengan rakyat sendiri, struktur masyarakat Feodal yang saat itu masih kuat bercokol menjadikan raja mempunyai otoritas dalam menentukan sesuatu seperti Tuhan (persis seperti Gereja sebelum Renaisance di barat).
Struktur masyaraakt feodal seperti itu justru memudahkan penakluk-penakluk dari barat menjaklankan tujuannya, aku datang, aku lihat, aku menang benar-benar dengan sukses di wujudkan, hanya dengan memegang Stick Holder masyarakat yang feodal itu (raja) urusan penaklukan sangat gampang sekali.
Strukturasi ini yang terus berlanjut sehingga melahirkan ada bangsa yang terjajah dan yang dijajah .


Kesimpulan

Dari uraian di atas mengenai sejarah Renaissance berikut pengaruh gerakan itu di Eropa, kita dapat menyimpulkan beberapa hal, antara lain :
1. Renaissance timbul sebagai reaksi kritis terhadap pola pemikiran sekaligus dogma religius yang berkembang pada Abad Pertengahan, yang meletakkan otoritas keagamaan (gereja) di atas otoritas rasio humanistik.
2. Renaissance dilandaskan atas dasar humanisme liberal yang menjadi ciri khas bagi corak kesadaran modern. Rasionalisme Cartesian besar pengaruhnya dalam hal ini.
3. Semangat humanisme-liberalisme itu mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan bangsa-bangsa Eropa. Dalam hal sains, runtuhnya dominasi dan otoritas gereja memacu secara signifikan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam kekuasaan politik, runtuhnya dominasai gereja melahirkan bentuk negara nasional yang sekuler. Dari sini paradigma monarki absolut digantikan dengan demokrasi. Demikian pula dalam hal ekonomi, sistem feodalistik digantikan dengan kapitalistik.
4. Penemuan mesin cetak, senjata api, dan kompas menandai renaisance di Barat akan segera menjadi raksasa besar yang akan menaklukkan bangsa-bangsa lain, ide-ide baru yang melahirkan modus produksi baru di barat ikut berimbas ke timur karena timur menjadi sebuah hal yang menarik ketika dilihat dari persfektif kolonialisme.

Itulah beberapa hal penting yang dapat diketahui dan dipelajari dari Renaissance. Lebih lanjut, Renaissance telah memberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap perkemabngan Perdanan dan sejarah Manusia, tidak hanya kepada Eropa, melainkan lebih luas kepada seluruh dunia. Liberalisme, modernisme, individualisme, dan banyak lagi yang kita ketahui (bahkan mungkin kita ikuti) adalah apa yang telah dimulai sejak Renaissance. Namun demikian, bukan berarti semua itu sempurna tanpa kritik. Sejarah adalah dialektika; dan kritik adalah salah satu hal terbesar yang menjalankannya.
Memang harus kita akui relasi wacana dengan dominasi kekuasaan sangat erat, kita terkadang dipaksa untuk mengetahui informasi yang mungkin tidak “benar” sebagai contoh, dalam Buku-buku dan rujukan-rujukan baku, kita bisa melihat bagaimana “barat” seolah-olah merekalah yang memulai sejarah peradaban manusia ini, padahal secara obyektif kita juga tidak bisa menafikan sumbangsih dari peradaban Timur terhadap Renaisance.
Terlepas dari konflik masa lalu itu, menurut kami harus ada sikap yang harus kita ambil untuk merespon keadaan rill yang nyata di depan kita saat ini, mengambil keseluruhan pemikiran itu, atau mengambil dengan catatan-catatan, atau bahkan menolak sama sekali, tentu dengan pertimbangan dan analisis yang tajam sehingga menghasilkan informasi yang akurat, sehingga dialog yang diinginkan akan tercapai untuk kemajuan peradaban manusia selanjutnya.
Selebihnya, berkenaan dengan materi pembahasan kali ini, diakui masih terdapat banyak kekurangan di sana-sini. Kekurangan yang kami sadari cukup penting, selain data-data yang mendukung dalam kaitannya dengan Renaissance, juga pemetaan historis terhadap posisi dan peran gerakan Renaissance yang sangat mungkin berkenaan dan memiliki pengaruh besar bagi perkembangan orientalisme atau pun oksidentalisme, yang merupakan bidikan pokok mata kuliah ini. Oleh karenanya, sumbangsih berupa ide, gagasan, data dan tentu saja diskusi yang hangat akan sangat diharapkan demi semakin baik dan luasnya wawasan pengetahuan kita bersama. __




Daftar Rujukan

Russel, Bertrand, Sejarah Filsafat Barat (terj: Sigit Jatmiko, dkk), Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2002

Hardiman, F. Budi, Filsafat Modern Dari Machiavelli sampai Nietzsche, Gramedia, Jakarta: 2004
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta:2002

Sinor, Denis (ed). The Cambridge History of Early Inner Asia. Cambridge University Press. Cambridge.1990

Mackie,J.A.C. Sejarah Pembangunan Ekonomi Dalam Dunia Modern. jilid II. Terjemahan Soekardinah CS, Jakarta. PT Pembangunan, 1989

Mazover,Mark. Dark Continent: Europe’s Twentieth Century. Penguin Books. Middlesex.1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar