BAB I
PENDAHULUAN
Persolan pendidikan sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan era yang sedang memasuki postmoderen saat sekarang inilah menggerer pendidikan menuju perubahan seiring dengan perkembangan guna terciptanya output dari pendidikan dapat memberikan konstribusi kearah dari tujuan dari pendidikan itu sendiri
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantoro dalam sebuah buku mendefinisikan pendidikan adalah tuntunan segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka kelak menjadi manusia dan anggota masyarakat yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya.[1] Dari beberapa pengertian pendidikan dapat di elaborasikan bahwasanya pendidikan pada umumnya memiliki beban nerat dalam setiap tujuan yang telah disusun baik tujuan secara umum maupun secara khusus, maka tentulah guna mencapai tujuan dari pendidikan ini tentulah setiap pelalku pendidikan ini yang dalam hal ini pemerintah menyusun seperangkat dalam pencapaian tujuan.
Untuk menjadikan setiap aktivitas pendidikan ini sejalan dengan tujuan pendidikan ini maka evalusai pada setiap perjalanan pendidikan ini merupakan elemen yang salah satunya menentukan tercapainya tujuan pendidikan.Untuk mengetaui kapasitas, kwalitas, anak didik perlu diadakan ealuasi. Dalam evaluasi perlu adanya teknik, dan sasaran untuk menuju keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Evaluasi yang baik haruslah didasarkan atas tujuan pengajaran yang ditetapkan dan kemudian benar-benar diusahakan oleh guru untuk siswa. Betapapun baiknya, evaluasi apabila tidak didasarkan atas tujuan pengajaran yang diberikan, tidak akan tercapai sasarannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi
Menurut bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris “evalution”, yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan intrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan. [2]
a. Stuffle Beam
Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.
b. Bloom
Evaluasi yaitu: pengumpulan kegiatan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kegiatannya terjadi perubahan dalam diri siswa menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa
c. Cronbach
Didalam bukunya yang dikutip dalam Khorin R telah memberikan uraian tentang prinsip-prinsip dasar evaluasi antara lain : [3]
1. Evaluasi program pendidikan merupakan kegiatan yang dapat membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya.
2. Evaluasi seyogyanya tidak memberikan jawaban terhadap suatu pertanyaan khusus. Bukanlah tugas evalutor memberikan rekomendasi tentang kemanfaatan suatu program dan dilanjutkan atau tidak. Evalutor tidak dapat memberikan pertimbangan kepada pihak lain, seperti halnya seorang pembimbing tidak dapat memilihkan karier seorang murid. Tugas evalutor hanya memberikan alternatif.
3. Evaluasi merupakan suatu proses terus menerus, sehingga didalam proses didalamnya memungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan ada suatu kesalahan-kesalahan. [4]
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
Secara rasional filosofis, pendidikan Islam bertugas untuk membentuk al-Insan al-Kamil atau manusia paripurna. Oleh karena itu, hendaknya di arahkan pada dua dimensi, yaitu : dimensi dialektikal horitontal, dan dimensi ketundukan vertikal. [5]
Tujuan program evaluasi adalah mengetahui kader pemahaman anak didik terhadap materi terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, program evaluasi bertujuan mengetahui siapa diantara anak didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat. Tujuan evaluasi bukan anak didik saja, tetapi bertujuan mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana pendidikan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) ketimbang asfek kogritif. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secara besarnya meliputi empat hal, yaitu : [6]
1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.
2. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitar.
4. Sikap dan pandangan terhadap dirinya sendiri selaku hamba allah, anggota masyarakat serta khalifah allah.
Dari keempat dasar tersebut di atas, dapat dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan teknis, yaitu : [7]
1. Sejauh mana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi-indikasi lahiriah berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
2. Sejauh mana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya da kegiatan hidup bermasyarakt, seperti ahlak yang mulia dan disiplin.
3. Bagaimana peserta didik berusaha mengelola dan memelihara, serta menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya, apakah ia merusak ataukah memberi makna bagi kehidupannya dan masyarakat dimana ia berada.
4. Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai hamba Allah dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang beraneka ragam budaya, suku dan agama.
Sedangkan menurut Muchtar Buchari M. Eb, mengemukakan, ada dua tujuan evaluasi :
1. Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui tingkah efisien metode pendidikan yang dipergunakan dalam jangka waktu tertentu.
Fungsi evaluasi adalah membantu anak didik agar ia dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi bantuan kepadanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya. Di samping itu fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang pendidik dalam mempertimbangkan adeqvate (baik tidaknya) metode mengajar, serta membantu mempertimbangkan administrasinya.
Menurut A. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan dalam Hamdani dan Fuad Ihsan mengatakan bahwa evaluasi mempunyai beberapa fungsi yaitu : [8]
1. Untuk mengetahui tercapainya tidaknya tujuan instruksional secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tingkah laku.
2. Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari.
3. Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengatur keberhasilan proses belajar mengajar bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan di kuasai, dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan.
4. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi murid.
5. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
6. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
7. Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar.
Jadi fungsi evaluasi selain menilai dan mengukur juga memotivasi serta mengacu peserta didik agar lebih bersungguh-sungguh dan sukses dalam kerangka pendidikan.[9]
C. Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan Islam
1. Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)
Bila aktivitas pendidikan islam dipandang sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, maka evaluasi pendidikannya pun harus dilakukan secara kontinyu. Prinsip ini selaras dengan Istiqamah dalam Islam , yaitu setiap umat islam hendaknya tetap tegak beriman kepada allah, yang diwujudkan dengan senantiasa mempelajari Islam, mengamalkannya, serta tetap membela tegaknya agama silam, sungguhpun terdapat berbagai tantangan yang senantiasa dihadapinya.
Dalam ajaran Islam, sangat memperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil (Q.S. 46 : 13-14).
2. Prinsip Menyeluruh (komprehensif)
Prinsip yang melihat semua aspek, meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman ketulusan, kerajinan, sikap kerjasama, tanggung jawab (Q.S. 99 : 7-8).
3. Prinsip Objektivitas
Objektif dalam arti bahwa evaluasi itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa dipengeruhi oleh unsure-unsur subjektivitas dari evaluator.
4. Prinsip mengacu kepada tujuan
Setiap aktivitas manusia sudah pasti mempunyai tujuan tertentu, karena aktivitas yang tidak mempunyai tujuan berarti merupakan atau pekerjaan sia-sia.
D. Sistem Evaluasi Dalam Pendidikan Islam
Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam mengaku pada sistem evaluasi yang digariskan oelh Allah SWT, dalam al-Qur’an dan di jabarkan dalam as-Sunnah, yang dilakukan Rasulullah dalam proses pembinaan risalah Islamiyah.
Secara umum sistem evaluasi pendidikan sebagai berikut : [11]
- Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi (Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 155).
- Untuk mengetahui sejauhmana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah saw kepada umatnya (QS. An Naml/27:40).
- Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah terhadap nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail putra yang dicintainya (QS. Ash Shaaffat/37:103-107).
- Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran yang telah diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian terhadap nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya dihadapan para malaikat (QS. Al-Baqarah/2:31).
- Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktifitas baik, dan memberikan semacam ‘iqab (siksa) bagi mereka yang berakltifitas buruk (QS. Az Zalzalah/99:7-8).
- Allah SWT dalam mengevaluasi hamba-Nya, tanpa memandang formalitas (penampilan), tetapi memandang subtansi dibalik tindakan hamba-hamba tersebut (QS. Al Hajj/22:37).
- Allah SWT memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan (QS. Al Maidah/5:8).
E. Sasaran Evaluasi pendidikan Islam
Langkah yang harus ditempuh seorang pendidik dalam mengevaluasi adalah menetapkan apa yang menjadi sasaran evaluasi tersebut. Sasaran evaluasi sangat penting untuk diketahui supaya memudahkan pendidik dalam menyusun alat-alat evaluasinya.
Secara operasional ada empat jenis evaluasi dalam pendidikan islam yaitu : [12]
- Evaluasi formlatif dilakukan untukk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh anak didik setelah menyelesaikann program dalam suatu bahan pelajaran pada suatu bidang studi mata pelajaran tertentu.Fungsinya untuk memperbaiki proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana penguasaan anak didik terhadap bahan yang diajarkan dalam suatu program satuan pelajaran.
- Evaluasi sumatif berfungsi untuk menentukan program atau nilai dari anak didik setelah mengikuti program bahan pelajatan dalam satu catur wulan atau semester akhir tahun atau akhir dari suatu program bahan pengajaran dari suatu unit pendidikan. Tujuannya untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai peserta didik (anak didik) setelah menyelesaikan program-program bahan pengajaran pada masing-masing jenjang pendidikan
- Evaluasi diagnostic berfungsi utnuk mengetahui masalah-masalah yang mengganggu anak didik yang mengakibatkan timbulnya kesulitan, hambatan dan gangguan ketika mengikuti program pengajaran pada suatu bidang tertentu atau keseluruhan bidang studi. Waktunya disesuaikan dengan keperluan pembinaan dari masing-masing jenjang pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas anak didik. Tujuannya untuk mengatasi atau membantu memecahkan kesulitan atau hambatan yang dialami oleh anak didik sewaktu mengikuti kegiatan belajar mengajar pada suatu bidang studi atau keseluruhan program pengajaran
- Evaluasi penempatan (placement) bertujuan untuk menempatkan anak didik pada kedudukan yang sebenarnya berdasarkan minat, bakat, kemampuan dan kesanggupan serta keadaan anak didik sehingga mereka tidak mengalami hambatan dalam mengikuti suatu program tertentu atau bahan pengajaran secara keseluruhan
Dengan menetapkan sasaran diatas, maka pendidik lebih mudah mengetahui alat-alat evaluasi yang dipakai baik dengan tes maupun non tes.
Dalam evaluasi pendidikan islam ada empat sasaran pokok yang menjadi target, yaitu
- Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan pribadi dengan Tuhannya.
- Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungannya dengan masyarakat.
- Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan dengan kehidupan yang akan datang.
- Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan selaku anggota masyarakat serta selaku khalifah Allah di bumi. [13]
Dalam melaksanakan evaluasi pendidika Islam ada dua cara yang dapat ditempuh diantaranya:: [14]
a. Kuantitatif
Evaluasi kuantitatif adalah cara untuk mengetahui sebuah hasil pendidikan dengan cara memberikan penilaian dalam bentuk angka. (5, 7,90) dan lain-lain
b. .Kualitatif
Evaluasi kualitatif adalah suatu cara untuk mengetahui hasil pendidikan yang diberikan dengan cara memberikan pernyataan verbal dan sejenisnya (bagus, sangat bagus, cukup, baik, buruk) dan lain-lain.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya kata evaluasi berasal dari kata asing “evaluation” yang berarti menilai (tetapi diadakan pengukuran terlebih dahulu).
Dari pendapat-pendapat para ahli yang mendefinisikan tentang evaluasi. Pada hakekatnya dalam evaluasi pengajaran memiliki tiga unsur yaitu, kegiatan evaluasi, informasi dan data yang berkaitan dengan obyek yang dievaluasi.
Tujuan dan fungsi evaluasi tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif akan tetapi meliputi ketiga ranah tersebut (kognitif, afektif dan psikomotorik). Yang mempunyai beberapa prinsip yaitu prinsip keseimbangan, menyeluruh, obyektif dan mengacu kepada tujuan. Dalam kegiatan evaluasi tersebut sistem yang dipakai yaitu mengacu pada al-Qur’an yang penjabarannya dituangkan dalam as-Sunnah.
Dan dalam pelaksanaan evaluasi perlunya beberapa prinsip yang mengacu kepada tujuan baik secara objektif, menyeluruh dan komperehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Djanan.A. Mengukit Pilar-Pilar Pendidikan Islam (tinjauan filosofis),
(Yogyakarta ; Suka Press, 2009)
Hamdani I & Fuad I, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung ; Pustaka Setia,2007)
Khoiron R Pendidikan Profetik (Yogyakarta ; Pustaka Pelajar, 2009)
M. Suyudi. Pendidikan Dalam Persfektif Al-Quran (Yogyakarta ; Mikraj, 2005)
Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Yogyakarta ; Pustaka Pelajar,
2004)
[1] M. Suyudi. Pendidikan Dalam Persfektif Al-Quran (Yogyakarta ; Mikraj, 2005), hal. 53
[2] Khoiron R Pendidikan Profetik (Yogyakarta ; Pustaka Pelajar, 2009), hal. 283
[3] Ibid, hal. 284
[4] Ibid, hal. 285
[5] Bukhari U. Ilmu Pendidikan Islam,( Jakarta ; Amzar, 2010), hal. 196
[6] Ibid, hal. 197
[7] Ibid, hal. 198
[8] Hamdani I & Fuad I, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung ; Pustaka Setia,2007) hal. 219
[9] . Ahmad Djanan.A. Mengukit Pilar-Pilar PendidikanIslam (tinjauan filosofis), (Yogyakarta ; Suka Press, 2009), hal.131
[10] Khoiron R, Pendidikan Profetik hal. 290
[11] Hamdani I & Fuad I, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 226
[12] Khoiron R, Pendidikan Profetik hal. 294
[13] Hamdani I & Fuad I, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 224
[14] Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Yogyakarta ; Pustaka Pelajar, 2004), hal.99
Tidak ada komentar:
Posting Komentar