Kamis, 30 Desember 2010

Metode Penelitian Kualitatif

SAMPEL PURPOSIV DAN STARTEGI MULTI METODE

A. Pendahuluan
Salah satu komponen penelitian yang mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan proses studi secara konprehensif adalah komponen metodologi. Pada komponen ini, metode yang digunakan oleh peneliti dalam mencari dan memecahkan masalah penelitian diuraikan secara jelas. Tujuannya adalah agar para peneliti dapat memberikan gambaran yang sistematis dan terencana tentang apa yang hendak mereka lakukan ketika berada di kancah penelitian., sehingga memberikan peluang kepada peneliti lain untuk dapat melakukan tracking (penjejakan) kembali jika diperlukan .
Ada beberapa istilah atau batasan yang berkaitan dengan subjek atau objek yang hendak diteliti. Beberapa batasan penting tersebut di antaranya tempat penelitian, populasi penelitian, jumlah subjek yang diperlukan untuk penelitian, dan teknik pemilihan subjek. Batasan tersebut harus diuraikan oleh para peneliti baik ketika mereka menyusun rencana penelitian yang biasanya dituangkan dalam bentuk proposal maupun dalam bentuk laporan penelitian, agar secara pasti mereka dapat melakukan persiapan kegiatan untuk mendukung tercapainya pengumpulan data.
Dalam makalah ini lebih lanjut akan diterangkan pembahasan mengenai sampel purposiv dan strategi multi metode.

B. SAMPEL PURPOSIV DAN STARTEGI MULTI METODE
1. Sampel Purposif
1.1. Sampling dan Satuan Kajian (Unit of analysis)
Teknik sampling dalam penelitian kualitatif jelas berbeda dengan yang non kualitatif. Pada penelitian yang non kualitatif sampel itu dipilih dari suatu populasi sehingga dapat digunakan untuk mengadakan generalisasi. Jadi, sampel benar-benar mewakili ciri-ciri suatu populasi. Pada paradigma alamiah, menurut Lincoln dan Guba dalam bukunya Lexi J. Moleog peneliti mulai dengan asumsi bahwa konteks itu kritis sehingga masing-masing konteks itu mulai ditangani dari segi konteknya sendiri .
Selain itu dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor konstektual. Jadi, maksud sampling dalm hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions). Dengan demikian tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasi. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik. Maksud kedua dari sampling adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample) .
Jadi, dapat penulis tegaskan lagi bahwa sampling pada penelitian kualitatif berbeda dengan sampling pada penelitian kuantitatif. Pada penelitian kuantitatif kita mengenal istilah populasi dan sampel, sedangkan pada penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi tapi hanya sampel purposiv (sampel bertujuan). Yang di maksud dengan Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Pada penelitian kuantitatif pengambilan sampel dilakukan bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari sebagian populasi dan hasilnya diberlakukan untuk semua populasi. Untuk itu sampel yang diambil harus betul-betul representative (mewakili).
Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian kuantitatif, terdapat berbagai teknik sampling. Berikut ini penulis cantumkan beberapa macam teknik sampling dalam penelitian kuantitatif:
1. Probality Sampling
Probality Sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini meliputi:
a. Simple Random Sampling
Dikatakan simple karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
b. Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populai mempunyai anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
d. Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.


2. Nonprobality Sampling
Nonprobality Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini meliputi:
a. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
b. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populai yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
c. Sampling Aksidental
Sampling Aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu kapan saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang cocok digunakan sebagai sampel.
d. Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
e. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
f. Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel, dan begitu seterusnya sehingga jumlah sampel menjadi banyak .
Tujuan berbagai teknik penentuan sampel adalah agar diperoleh sampel yang representatif bagi populasinya. Berbagai teknik statistik telah dikembangkan untuk memperkirakan besarnya sampel, untuk memilih sampel secara rambang. Walaupun penggunaan teknik tersebut hanya sah kalau asumsi yang mendasari terpenuhi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa bagian statistika ini telah banyak membantu para peneliti dalam melakukan kegiatannya .
1.2. Ciri-ciri Purposive Sampling
Purposive sampling (sampel bertujuan) dapat diketahui dari ciri-cirinya sebagi
berikut:
1. Rancangan sampel yang muncul; sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.
2. Pemilihan sampel secara berurutan; tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilakukan jika satuannya sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Setiap satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi yang telah diperluas terlebih dahulu sehingga dapat dipertentangkan atau diisi adanya kesenjangan informasi yang ditemui.
3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel; pada mulanya setiap sampel dapat sama kegunaannya, namun sesudah makin bnayak informasi yang masuk dan makin mengembangkan hipotesis kerja, akan ternyata bahwa sampel makin dipilih atas dasar fokus penelitian.
4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan; pada sampel purposiv seperti ini jumlah smapel ditentukan oleh pertimbangan- pertimbangan informasi yang diperlukan. Jika maksudnya memperluas informasi, dan jika tidak ada lagi informasi yang dapt dijaring, maka penarikan sampel pun sudah dapat diakhiri. Jadi, kuncinya disini adalah jika sudah mulai terjadi pengulangan informasi maka penarikan sampel sudah harus dihentikan.
2. Multi Metode (Tringulasi)
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian
Dalam penelitian kualitatif instrumen pokok adalah peneliti itu sendiri dan karena hal tersebut maka kualitas penelitian kualitatif sangat tergantung pada kualitas diri penelitinya, termasuk pengalamannya melakukan penelitian merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semakin banyak pengalaman seseorang dalam melakukan penelitian, semakin peka memahami gejala atau fenomena yang diteliti. Namun demikian, sebagai manusia, seorang peneliti sulit terhindar dari subjektivitas peneliti sendiri. Karena itu, setiap peneliti haruslah berusaha untuk semaksimal mungkin bersikap netral dalam penelitiannya sehingga kebenaran yang diperoleh menjadi sebuah kebenaran yang valid atau ilmiah.
Dalam berbagai karyanya, Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini, konsep Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai bidang. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu: (1) triangulasi metode, (2) triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok), (3) triangulasi sumber data, dan (4) triangulasi teori.
Selanjutnya dapat dijeaskan bahwa :

1. Triangulasi metode
Tringulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang tepat dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan.

2. Triangulasi Antar Peneliti
Triangulasi antar peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui memperkaya pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.



3. Triangulasi sumber data
Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.

4. Triangulasi Teori
Yang dimaksud triangulasi teori adalah dimana hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh berbeda.
Triangulasi menjadi sangat penting dalam penelitian kualitatif, kendati pasti menambah waktu dan biaya seta tenaga. Tetapi harus diakui bahwa triangulasi dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul. Bagaimana pun, pemahaman yang mendalam atas masalah yang diteliti merupakan hal yang sangatlah urgen untuk diperhatikan atau dijunjung tinggi oleh setiap peneliti kualitatif. Sebab, penelitian kualitatif lahir untuk menangkap arti yang sebenarnya atau memahami gejala, peristiwa, fakta, kejadian, realitas atau masalah tertentu mengenai peristiwa sosial dan kemanusiaan dengan kompleksitasnya secara mendalam, dan bukan untuk menjelaskan hubungan antar-variabel atau membuktikan hubungan sebab akibat atau korelasi dari suatu masalah tertentu. Kedalaman pemahaman akan diperoleh hanya jika data cukup kaya, dan berbagai perspektif digunakan untuk memotret sesuatu fokus masalah secara komprehensif. Karena itu, memahami dan menjelaskan jelas merupakan dua wilayah yang tidaklah sama.
Jadi Tringulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan tringulasi, peneliti dapat me-rechek temuan dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori.untuk itu maka peneliti dapat melakukannya dnegan jalan :
1. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan
2. mengeceknya dengan berbagai sumber
3. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.

Daftar Pustaka

Fathoni,. Abdurrahman, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi,
Jakarta: Rineka Cipta, 2006
Moelong J. Lexy, Metodologi Penelititan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,
cet xxi, 2005
Mudjia Rahardjo, http://mudjiarahardjo.com/component/content/270.html?task=view
Sugiono, Statistik Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2005
Sukardi, Metodologi Penelititan Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, cet viii, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar